Manokwari, harianpapuanews.id – Kementerian Perhubungan Republik Indonesia (Kemenhub-RI) diharapkan tinjau kembali harga tiket pesawat sejumlah rute penerbangan di wilayah Provinsi Papua Barat karena masih dikeluhkan mahal oleh masyarakat.
“Rasanya ini ranah dari Menteri Perhubungan (Budi Karya Sumadi), tapi saya kira berbagai upaya ke arah sana sudah dilakukan oleh pihak menteri dan jajaranya,” kata Wakil Gubernur Papua Barat, Muhamad Lakotani, kepada wartawan, Selasa (12/02/2019).
Meski demikian, Lakotani mengatakan, ada sesuatu yang ironi misalnya harga tiket perjalanan ke laur negeri dari Jakarta lebih mudah/murah, ketimbang masyarakat bepergian ke wilayah Indonesia Timur, khususnya Papua dan Maluku yang notebenenya adalah sesama anak bangsa.
“Apapun terjemahannya, kita berharap kondisi ini bisa segera kembali normal, sehingga pengguna jasa transportasi udara itu bisa kembali lagi seperti dulu. Tidak terlalu membebani,” tandas Lakotani.
Pemerintah Provinsi Papua Barat, katanya, sudah mengetahui dan mendengar adanya beberapa kebijakan yang dilakukan oleh Kemenhub untuk menurunkan harga tikat pesawat melalui mekanisme atau jalur yang tepat.
“Tapi kita akan coba untuk membicarakan hal ini, sehingga harga tikat yang sering dikeluhkan itu tidak lagi memberatkan masyarakat,” ungkap Lakotani.
Sebagai pimpinan pimpinan daerah, Lakotani mengaku, akan selalu mendengar apa yang menjadi keluhan warganya. Oleh karena itu, pemerintah setempat akan berkomunikasi dengan para pihak terkait untuk membahas persoalan ini.
“Begitu yang terkait dengan hal itu (harga teket pesawat), karena sungguh-sungguh sebagai kepala daerah, sebagai pemerintah, kami tentu akan mendangar apa yang menjadi keluhan masyarakat kita,” pungkasnya.
Salah satu pengguna jasa penerbangan Batik Air yang tak mau namanya dipublikasikan mengatakan, harga tiket pesawat tersebut rute Manokwari-Sorong-Surabaya untuk kelas ekonomi pergi pulang bisa mencapai Rp2.8 juta hingga Rp3,2 juta.
“Harga segitu karena waktu pembelian tiketnya mendadak. Tapi kalau kita beli tiketnya jauh sebelum berangkan berkisar Rp2,4 juta sampai Rp2,8 juta,” pungkasnya. (mel)