MOKORAMA Kosayor Sasoror Bero Aisandami “Mari Datang Menikmati Keindahan Alam Kampung Aisandami”. Kampung Aisandami memiliki perairan yang teduh tepatnya di dalam Teluk Duairi, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat yang dikelilingi gugusan Pulau Roon.
Pemandangan laut serta terumbu karang yang sehat dapat dilihat di dalam Selat Numamuram. Lautnya kaya dengan berbagai jenis ikan karang, lobster, kepiting bakau dan teripang.
“Saat air laut meti (pasang laut surut) anda dapat menemukan”bia-bia” yang tak jauh dari hutan mangrove. Wisatawan juga dapat menyaksikan sekumpulan lumba-lumba yang menggemaskan dengan mata telanjang, dan juga Duyung atau Dugong salah satu anggota lembu laut yang masih bertahan hidup di sekitar Pulau Numamura,” kata Manajer Ekowisata ‘Wadowun Beberin’ Kampung Aisandami, Tonci Somisa ketika bincang-bindang dengan awak media ini, Selasa (12/02/2019).
Sekitar 90 kepala keluarga bermukim di Pulau Roon. Mayoritas warganya berasal dari beberapa kampung seperti, Menarbu, Syabes, Yopanggar serta Sariayi. Budaya suku Roon dan Wamesa terasa kental disini. Ketika wisatawan berkunjung di pulau itu akan disambut dengan upacara penyambutan injak piring, tari balengan serta permainan rakyat “Aikikis “.
“Wisatawan juga wajib mencoba kuliner khas yang cocok untuk sarapan seperti sagu bungkus dan sagu buah hitam atau kuliner ekstrim cacing bakau “tambelo” yang direbus dan disajikan dengan papeda dan sayur tumis,” jelas Somisa.
Ekowisata ‘Wadowun Beberin’ Kampung Aisandami, kata Somisa, saat ini sudah memiliki paket-paket wisata bagi tamu atau turis yang datang berwisata di Aisandami. Paket wisata pertama yang ditawarkan seperti pengalungan “sas” dan penyambutan, snack, keliling kampung dan mengunjungi Gereja Sion Aisandami, menyaksikan atraksi menokok sagu dan belajar membuat papeda dan sagu buah hitam, trekking ke air terjun Mambi, canoeing dan memancing di depan kampung dengan tarif Rp450 ribu per orang dengan durasi wisata empat jam
Paket kedua, mengenal keindahan alam Kampung Aisandami, lalu trekking ke gunung Papisyowi, pengamatan burung Cenderawasih, canoeing di lokasi Sungai Woronggaon, bameti bersama kelompok perempuan Aisandami, Dnorkeling di Selat Numamuram.
“Jika anda beruntung akan menjumpai dugong dan berjemur di Pantai Numamuram dengan tiket masuk seharga Rp650 ribu per orang, durasi wisatanya enam jam,” tendas Somisa.
Paket wisata ketiga, mengenal kebudayaan Aisandami yaitu menyaksikan tarian penyambutan atau dansa Adat, mengunjungi sekolah dasar untuk menyaksikan tarian dari para pelajar, atraksi permainan Akikis, makan siang diringi alunan merdu suling tambur, belajar membuat dan meniup suling dan iringan tarian Balengan tiket Rp600 ribu per orang, durasi waktunya empat jam.
“Setiap lokasi wisata Aisandami tersedia akomodasi, tersedia Homestay Rumrarak Rp150 ribu per malam termasuk sarapan kopi dan teh, Homestay Bosayor, Rp200 ribu per malam termasuk sarapan kopi dan teh,” jelas Somisa.
Setiap wisatawan yang mengunjungi okasi wisata ini menggunakan transportasi laut arus melewati rute Manokwari-Wasior-Aisandami menggunakan transportasi laut yang secara reguler berlayar melayani pengangkutan penumpang dari Pelabuhan Anggrem Manokwari menujuh Wasior, yakni Kapal Express Bahari setiap Minggu-Rabu-Jumat, Kapal Margareth setiap Minggu-Kamis, Kapal Pelni Gunung Dempo rute Manokwari-Wasior-Nabire setiap dua minggu sekali, dan Kapal Napan Wainami rute Manokwari-Wasior setiap Selasa, dan rute Wasior-Nabire, setiap Rabu, Nabire-Wasior, setiap Kamis.
“Pengunjung yang menggunakan transportasi udara bisa menggunakan Pesawat Susi Air melalui Bandara Rendani Manokwari dengan rute penerbangan Manokwari-Wasior setiap Selasa-Kamis-Sabtu. Lalu perjalan dari Wasior menujuh Aisandami, wisatawan dapat menggunakan mobil atau motor selama satu hingga dua jam atau melalui laut dengan long boat atau speed boat selama satu jam,” pungkas Somisa. (Tonci Somambui)