Manokwari, harianpapuanews.id – Sebanyak 100 hektar lebih tanama padi di Kampung Desai dan Kampung Mulia, Distrik Prafi, Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat, diserang hama wereng coklat. Akibatnya belasan kelompok tani di wilayah tersebut mengalami gagal panen.
Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Manokwari, Andrew B Pattikawa mengaku sudah menurukan tim untuk mengecek sebab dan akibat ratusan hektar lahan tersebut terserang hama wereng coklat.
“Setelah melakukan observasi dan evaluasi, kami menemukan adanya empat faktor penyebab ratusan hektar lahan padi itu terserang hama wereng coklat,” kata Andrew saat ditemui, di ruang kerjanya, Kamis (27/09/2018).
Pertama adalah faktor benih, dimana ada oknum petani mendatangkan benih padi dari luar daerah tanpa menggunakan dokumen karantina dan tidak melalui proses seleksi Balai Pengawasan dan Sertifikasi Mutu Benih (BPSB).
“Jadi, apabila benih tersebut tidak terkontrol dengan baik, maka dia sangat berpotensi membawa hama yang dapat merugikan petani itu sendiri,” jelas Andrew.
Kedua, kata Andrew, waktu menanam yang tidak serempak memberikan peluang bagi hama wereng coklat untuk menyerang tumbuhan padi dari satu tempat ke tempat lain.
“Karena perputaran, pengulangan yang berkaitan dengan waktu atau masa hama wereng coklat tidak terputus. Hama tersebut meluas sampai ke lahan pertanian lainnya,” terangnya.
Ketiga waktu pengendalian, menurut Andrew, masih banyak petani yang belum memahami bagaimana membasmi hama wereng coklat ini. Ketika hama tersebut menyebar luas, lalu kemudian petani berupaya mengendalikannya sudah sangat sulit.
“Untuk pengendalian hama wareng coklat ini biasanya dimulai dari dibagian bawah tanaman padi. Tapi umumnya petani sering sekali melakukan penyemprotkan obat dibagian atas tanaman, membuat ham ini tetap saja ada,” ungkapnya.
Keempat, lanjut Andrew, jenis-jenis pestisida yang digunakan untuk memberantas serangga, seperti nyamuk, kecoak, kutu busuk, rayap, semut, belalang, wereng, ulat, dan sebagainya juga ada yang tidak tepat membuat para petani sering sekali mengalami gagal panan.
“Serangan hama wereng cokat juga ini telah membuat kualitas gabah petani menurun. Alasanya karena ketika padi yang mereka hasilnya dimasak tidak akan bertahan lama,” ungkapnya.
Andrew menambahkan, akibat serangan hama tersebut, belasan kelompok tani di wilayah itu mengalami kerugian yang cukup besar. Para petani mengaku, satu hektar mereka kehilangan uang sebesar Rp13 juta hingga Rp15 juta per hektar.
“Biasanya satu hektar lahan menghasilkan 115 karung berukurang 50 kilogram. Tapi karena ada serangan hama, petani hanya bisa menghasilkan 50-60 karung. Makanya para petani mengalami kerugian puluhan juta rupiah,” tuturnya. (mel)
