Manokwari, harianpapuanews.id – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Manokwari, Papua Barat, mengadakan Simposium dan Musyawarah, di Swiss Belhotel Manokwari, Sabtu (23/02/2019). Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka meningkatkan mutuh pelayanan kesehatan di era millenial dan pemilihan badan pengurus IDI Periode 2019-2022.
Ketua Panitia Pelaksana Simposium dan Musyawara 2019, dr Adhe Ismawan menjelaskan, simposim bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kompetensi para dokter tentang bagaimana menangani kasus-kasus yang berkaitan dengan penyakit Sindrom Koroner Akut dan Luka Bakar di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), Klinik maupun Dokter Praktek.
“Teman-teman dokter di sini kebanyakan bertugas di daerah layanan primer seperti Puskesmas, Klinik dan Dokter Praktek, sehingga mereka perlu penyegaran dan tahu bagamiana cara menangani pasien-pesian dengan gejala-gejala serangan jantung,” kata Adhe.
Diskusi lainnya tentang bagaimana cara menangani pasien yang mengalami Luka Bakar, sehingga para dokter juga tahu tentang apa yang akan dilakukan di lapangan ketika menanganinya.
“Luka diabetas juga tadi sempat disinggung karena di daerah perifer (daerah yang terisolasi) itu sangat terbatas dengan fasilitas dan obat-obatan, sehingga ketrampilan teman-teman dokter di sini perlu ditingkatkan,” sebut Adhe.
Jika dilihat dari data statistik, Adhe menyebut, penyakit paling tinggi di wilayah itu masih didominasi Malaria dan Infeksi saluran pernapasan (ISPA). Nmun para dokter IDI mempunyai tatalaksana tersendiri untuk menanganinya.
“Kenapa kita lebih fokus membahas soal penyakit Sindrom dan Luka Bakar karena ini kejadian yang bisa saja terjadi di daerah perifer, dan penanganannya harus lebih spesifik. Jadi, teman-teman harus tahu cara penanganannya,” jelas Adhe.
Usai Simposium, kegiatan dilanjutkan dengan musyawarah dalam rangka melakukan pemilihan badan pengurus IDI Cabang Manokwari Periode 2019-2022. Pasalnya, masa bakti kepengurusan IDI sebelumnya telah barakhir.
“Teman-teman semua barharap, setelah terpilihnya pengurusan IDI yang baru, kegiatan seperti ini perlu ditingkatkan, minimal setahun sekali atau dua tahun sekali, sehingga peningkatan ilmu dari teman-teman itu terus meningkat,” ungkapnya.
Pasalnya, tambah Adhe, dalam kegiatan seperti ini sejumlah kasus dan hambatan yang ditemui para dokter di lapangan dapat ditanyakan, dan menghadapinya di masa mendatang. Maka itu, para dokter ini menginginkan agar kepengurusan IDI Manokwari yang baru dapat mengadakan kegiatan-kegiatan sosial lainnya sperti, pengobatan gratis dan lain sebegainya.
“Adapun perseta yang mengikuti kegiatan ini IDI Cabang Manokwari yang meliputi, Manokwari, Pegunungan Arfak dan Manokwari Selatan, Tapi ada juga teman-teman peserta dari Teluk Bintuni serta Teluk Wondama,” pungkas Adhe.(mel)
