Makassar, harianpapuanews.id – Gerakan Mahasiswa Nusa Tenggara Timur, Yayasan Pendidikan Unjung Pandang (GEMA NTT YPUP) Makassar menggelar dialog akbar, di Baruga Angin Mamiri Kota Makassar, Jalan H I A Saleh Dg Tompo Nomor 33, Losari, Ujung Pandang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (99/03/2019). Kegiatan dialog akbar yang membahas berbagai isu tersebut bertajuk “NTT Mencari Solusi” itu dikuti 200-an mahasiswa asal NTT dan masyarakat NTT yang berdomisili di Kota Makassar.
Hadir menjadi pembicara dalam kegiatan ini adalah Asisten II Gubernur NTT, Ir. Semeul Rebo, pembicara utama seperti Guru Besar Fakultas Hukum UMI Prof. Dr. Abd.Rahman, Dr Antonius Ali Wutun, dan Pembina GEMA NTT YPUP Makassar, Ir Stepanus Swardi Hiong, Turut hadir Kadis Pendidikan Kota Makassar, Abd Rahman Bando sebagai Perwakilan dari Wali kota Makassar. Dialog akbar ini dipandu oleh Hardyanto.K. Ndopo yang juga merupakan alumni GEMA NTT YPUP Makassar.
Semeul Rebo mengatakan, problem yang saat ini dihadapi dan terjadi di NTT adalah pembanguan infrastruktur yang belum merata, masalah gizi buruk dan masalah kemiskinan.
“Yang masih terjadi di NTT mencakupi gizi buruk, angka kemiskinan, infrastruktur yang belum merata dan pengganguran.” kata Samuel dalam dialog tersebut
Dibawa kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur NTT Viktor Laiskodat-Josef Naesoi, Pemprov NTT terus bergerak melakukan pembangunan demi mendorong provinsi itu terus tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik disegala sektor kehidupan.
“NTT mulai bangkit menuju masyarakat sejahtera. Mengedepankan pembangunan di sektor pariwisata, kesejahteraan rakyat, pemberdayaan sumber daya manusia, pembangunan infrrastruktur dan reformasi birokrasi,” jelas Samuel
Samuel menegaskan, masa depan NTT juga ada ditangan anak-anak mudanya yang saat ini sedang menempu pendidikan dimanapun berada. Pemerintah setempat berharap agar mahasiswa NTT yang tengah menempu pendidikan dapat belajar dengan baik, dan ikut terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam pembangunan di wilayah itu.
“Dan masa depan NTT akan menjadi lebih baik apabila adik-adik mahasiswa turut serta berperan dalam segala aspek di bidang pembangunan,” sebut Samuel.
Prof Abdul Rahman mengatakan, bahwa pendidikan di NTT harus menjadi perhatian kusus dan serius oleh Pemerintah Pusat sampai pada tingkat Pemerintah Daerah
“Harapan dari Pemerintah Pusat sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 Tentang Pendidikan, ternyata sanggat jauh dari harapan yang terjadi di NTT. Begitu pun standar nasional pendidikan diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005,” kata Prof Abdul yang juga merupakan salah satu putra terbaik NTT Kelahiran Kabupaten Lembata.
Mantan rektor beberapa universitas di Kota Makassar itu menjelaskan, alokasi anggaran untuk pendidikan juga sangat mempengaruhi mutu pendidikan yang ada di NTT. Hal itu dikarenakan alokasi anggaran untuk pendididkan hanya 20 persen dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), sedangkan alokasi anggaran pendidikan untuk wilayah NTT hanya mendapat jatah sebesar 2,7 persen.
“Pemerintah harus menerapkan program dana abadi dari masyarakat dalam bentuk regulasi atau Pergub (Peraturan Gubernur) untuk investasi pendidikan. Pemerintah daerah juga harus menyampaikan kepada pemerintah pusat untuk meninggkatkan alokasi anggaran pendidikan itu dari 20 persen menjadi 35 persen,” tegas Prof Abdul.
Dr. Antonius Ali Wutun menegaskan, transformasi budaya lokal NTT dalam etos kerja sangat mendorong NTT menjadi lebih maju. Potensi sosial budayanya melibatkan bahasa daerah, etos kerja, nilai kejujuran, nilai ketaatan, nilai kedisiplinan, nilai bekerja keras dan gotong royong. Jika potensi-potensi sosial budaya itu ditumbuhkembangkan dengan baik, maka akan menjunjung tinggi nilai sosial budaya secara kolektif.
“Solusi yang ditawarkan dalam dialog tersebut yakni peningkatan pendidikan melalui bahasa daerah, penerapan pendidikan berkaraktek, pemerintah, dan masyarakat harus berakselerasi demi konektifitas dari sosial budaya, serta menyekolahkan anak-anak di luar NTT untuk memperoleh ilmu pendidikan berkualitas yang nantinya diimplementasikan kembali di NTT,” kata Antonius yang juga seorang putra kelahiran Kabupaten Lembata NTT.
Ir Stephanus Swardi Hiong sebagai salah satu narasumber dari aspek ekonomi politik di NTT menjelaskan, kesejahtraan rakyat dibutuhkan kolaborasi timbal balik antara ekonomi dan politik. Pemerintahan yang baik seharusnya diukur dari transparansi, partisipasi publik, memahami regulasi dan potensi jumlah penduduk.
“Dalam meningkatkan perekonomian masyarakat, pemerintah tidak boleh mengalihfungsikan sektor-sektor lain menjadi ladang pariwisata. Solusi yang ditawarkan untuk meningkatkan perekonomian di NTT adalah, tingkatkan etos kerja, pemberdayaan sumber daya manusia, social of control untuk pemerintah, meningkatkan ekonomi kreatif, pengembangan teknologi harus diprioritaskan, pemerintah harus bersikap adil, jujur dan tidak provokatif,” jelas Swardi.
Ketua Umum GEMA NTT, Putri Indo Pertiwi menegaskan, dialog akbar ini dilaksanakan berangkat dari keresahan terhadap kondisi NTT saat ini. Oleh karena itu, melalui dialog ini GEMA NTT YPUP Makassar sebagai mahasiswa dan juga generasi muda NTT ingin ikut memberikan solusi kepada Pemprov NTT dalam bidang pembanguan.
“Melalui dialog akbar ini setidaknya kita bersama-sama menyatukan langkah untuk turut berkontribusi dalam mengakselerasi pembangunan di NTT,” kata Putri.
Mewakili Keluarga Besar GEMA NTT YPUP Makassar dan juga seluruh alumni GEMA NTT YPUP yang tersebar di NTT dan seluruh Nusantara, Putri, menyampaikan terima kasih banyak kepada Pemrov NTT, Walikota Makassar dan juga seluruh pihak yang telah mendukung kegiatan ini sehingga dapat dilaksanakan dengan lancar. (sel)
