Manokwari, harianpapuanews.id – Jajaran Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua Barat bersama kelompok tani binaannya serta Pemerintah Kabupaten Manokwari, Papua Barat, mengadakan panen perdana demplot cabai merah menggunakan pendekatan organik berbasis MA-11, di Desa Bedip Matoa, Distrik Prafi, Kabupaten Manokwari, Senin (25/03/2015).
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Papua Barat, Donny Heatubun mengatakan, demlot yang digunakan memiliki luas lahan 1/4 hektar yang terbagi dalam dua hamparan. Masing-masing hamparan terbagi dalam dua lahan dengan luas masing-masing 1/8 hektar.
“Satu hamparan demplot yang saat ini akan kita panan menggunakan pendakatan organik MA-11 dan sebagian hamparan lainnya menggunakan pendekatan non organik. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan produktivitas lahan yang menggunakan pendekatan organik dan non organik,” kata Donny.
Menurut Donny, tanaman cabai keriting yang sekarang ditanam dapat dipanen pertama kali pada umur tiga sampai dengan empat bulan, dan mempunyai masa produktif selama empat sampai lima bulan dalam satu kali.
“Saya juga ingin menyampaikan bahwa laboratorium mini MA-11 yang telah diresmikan oleh bapak bupati (Demas Paulus Mandacan) pada 21 Januari lalu, saat ini sudah dizinkan untuk memproduksi MA-11 secara masal,” beber Donny.
Kata Donny, kapasitas tersebut diperoleh setelah sampel MA-11 hasil produksi laboratorium mini MA-11 yang berada di Kantor Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Distrik Prafi, telah lolos uji dan mendapatkan setifikat dari laboratorium Universitas Anugrah Nusa Bangsa Indonesia Semarang dibawah pengawasan langsung Ir Nurgroho Widiasmadi yang merupakan penemu MA-11.
“Dengan demikian, saat ini hasil produksi laboratorium mini tesebut sudah dapat digunakan juga oleh klaster pertanian dan hortikultura, baik oleh binaan Pemkab Manokwari dan Bank Indonesia,” jelas Donny.
Sebagai informasi, lanjut Donny, jumlah klaster cabai merah binaan Bank Indonesia Papua Barat sebanyak dua klaster yang berada di Kabupaten Manokwari dan Manokwari Selatan. Di Kabupaten Manokwari, klaster cabai merah binaan Bank Indonesia terdriri dari empat kelompok dan 82 petani.
“Klaster tersebut dibentuk tahun 2015 dan diharapkan melalui pendampingan/pembinaan Bank Indonesia, petani yang tergabung dalam kelompok tani dan klaster tersebut dapat semakin berkembang, baik dari aspek produksi, pemberdayaan, pengolahan, akses pasar dan pemasaran. serta mandiri dalam usaha,” pungkas Donny.
Asisten II Bidang Ekonomi Pembangunan Pemkab Manokwari, Harjanto Ombesapu mengatakan, pemerintah setempat memberikan apresiasi terahadap Bank Indonesia karena telah membuat laboratorium minim MA-11, sehingga sudah dapat diproduksi karena lolos uji dan mendapatkan setifikat.
Pemerintah juga tak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) yang memiliki andil cukup besar dalam membina para petani untuk menanam, dan merawat hingga membuahkan hasil pertanian yang baik.
“Terima kasih untuk Bank Indonesia yang telah bekerjasama dengan Pemerintah Manokwari dalam beberapa kegiatan yang sudah kami rasakan manfaatnya seperti, pengembangan ekonomi, pengendalian inflasi, pembentukan klaster cabai merah, pembangunan laboratorium mini MA-11 dan panen perdana saat ini,” kata Harjanto.
Pemkab Manokwari berharap para kelompok tani di wilayah itu mengambil manfaat atas kegiatan panen perdana demplot cabai merah menggunakan pendekatan organik berbasis MA-11, dan mengimplementasikannya pada lahan-lahan pertanian. Pasalnya, banyak sekali kelebihan yang bisa didapat apabila lahan pertanian menggunakan pupuk organik.
“Semoga kegiatan ini dapat memberikan peningkatan produksi dan pendapatan bagi para petani, sekaligus memberikan kontribusi terhadap program nasional,” pungkas Harjanto. (mel)
