Manokwari, harianpapuanews.id – Kementerian Pertanian (Kementan) menyebutkan sektor pertanian adalah salah satu sektor penentu tingkat kemiskinan di Indonesia. Untuk itu, generasi muda Indonesia diminta agar sektor pertanian tak dipandang sebelah mata.
Kepala Bidang Standarisasi dan Sertifikasi Pertanian, pada Kementan Republik Indonesia, Bambang Gatut Nuryanto mengatakan, pertanian sejatinya merupakan sektor informal yang paling sanggup menampung tenaga kerja nyaris tanpa batasan kuota.
“Luasnya cakupan sektor ini, membuat sektor pertanian menjadi satu-satunya sektor yang bisa menampung tenaga kerja tanpa persyaratan khusus dan kualifikasi pendidikan tertentu.Semua kalangan dapat masuk ke sektor ini, asal memiliki kemauan kuat untuk bekerja keras,” kata Bambang kepada wartawan di Manokwari, Kamis (30/08/2018)
Bambang berpendapat, semakin menyempitnya lahan pertanian, khususnya di pulau Jawa, juga bukan alasan untuk tidak terjun ke sektor ini, karena pertanian tidak terbatas hanya pada usaha tani atau budidaya semata.
“Perhatian itu juga meliputi aspek mekanisasi atau penyediaan alat-alat pertanian, agribisnis atau pemasaran hasil pertanian, pengolahan hasil pertanian, penangkaran bibit atau benih, dan masih banyak aspek lain yang semuanya bisa menjadi peluang bagi siapa saja untuk menekuninya,” ungkapnya.
Menurut Bambang, besarnya peluang usaha di sektor pertanian ini membuat pemerintah melalui Kementerian Pertanian terus berupaya menggaet kalangan muda untuk mau bekerja dan berwirausaha di bidang pertanian melalui Program Wirausaha Muda Pertanian (PWMP).
“Kementan saat ini punya program yang namanya PWMP, melalui program ini pemerintah telah menyediakan modal bagi pemuda untuk mengembangkan usaha dibidang pertanian. Ini salah satu upaya untuk menumbuhkan minat usaha pemuda dibidang pertanian,” jelasnya.
Tenaga kerja di bidang pertanian saat ini, kata Bambang, memang didominasi usia tua. Karena usia muda lebih senang bekerja di industri yang upahnya lebih pasti ketimbang pertanian. Selain itu, pekerjaan di industri lebih bergengsi tanpa harus berpanas-panasan di lapangan yang hasilnya tergantung dari faktor alam.
“Pemuda Indonesia diharapkan tidak memandang sebelah mata sektor pertanian. Sebab, pertanian adalah sektor atau profesi yang menjanjikan,” tegasnya.
Rendahnya minat generasi muda atau pemuda untuk terjun di dunia pertanian dikarenakan akibat adanya asumsi salah yang selama ini berkembang di masyarakat bahwa, bekerja atau berusaha di bidang pertanian bagi pemuda dianggap kalah gengsi disbanding dengan menjadi pegawai pemerintah atau karyawan swasta. Kondisi ini membuat mereka berebut untuk bisa masuk ke lapangan kerja yang sejatinya pelauangnya sangat terbatas.
“Kemudian, profesi petani hanya pekerjaan informal, menjadi petani sering dianggap bukan sebuah pekerjaan. Penghasilan sebagai petani dianggap tidak menjanjikan dan menjamin masa depan mereka, sehingga mereka enggan untuk terjun sebagai petani,” ungkapnya. (mel)