Ambon, harianpapuanews.id – Sepanjang tahun 2017, wisatawan mancanegara yang berkunjung ke desa tersebut untuk melaksanakan penyelaman atau diving di Taman Laut Ututkol, Desa Welora, Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) Provinsi Maluku mencapai 300 orang. Sementara wisatawan nasional maupun regional mencapai 800 orang.
“Taman Laut Tanjung Ututkol memilik terumbu karang dan keanekaragaman jenis ikan karang yang tidak dimiliki daerah lain. Sehingga, banyak wisatawan asing yang datang untuk menyelam, melihat-lihat pemandangan dan keindahan bawah lautnya,” kata Sekretaris Desa Welora, Marco saat diwawancarai awak memdia ini, Senin (03/09/2018).
Menurut Marco, wisatawan mancanegara paling sering mendatangi Desa Welora pada Maret-April-Mei dan September-Oktober-November-Desember untuk melakukan penyelaman. Sebab, mereka sangat tertarik dengan terumbu karang yang merupakan habitat bagi berbagai spesies tumbuhan laut, hewan laut, dan mikroorganisme laut lainnya yang belum ditemukan di daerah lain.
“Menurut para wisatawan saat melakukan diving, ada beberapa spesies tumbuhan laut dan ikan laut di Tanjung Ututkol yang sama sekali tidak ada di tempat-tempat diving lain di Indonesia. Makanya mereka sangat tertarik untuk berkunjung ke Desa Welora,” ujar Marco.
Berdasarkan ceritera dari wisatawan asing yang melakukan penyelaman, sebut Marco, Taman Laut Ututkol masih sangat alami jika dibandingkan dengan spot diving yang dimiliki beberapa daerah di Indonesia.
“Yang jelas ada seorang ilmuan biologi bersama istrinya yang melakukan penyelaman. Mereka menjelaskan bahwa air laut Tanjung Ututkol sangat jernih di atas batas normal. Selain itu, banyak spesies tumbuhan laut dan ikan laut di Ututkol tidak ada di daerah lain,” ungkap Marco.
Ilmuan biologi tersebut, kata Marco, menitipkan pesan kepada masyarakat sempat agar menjaga dan melestarikan Taman Laut Ututkol. Salah satunya adalah tidak boleh membuang sampah plastik dan puntung rokok di laut tersebut.
“Mereka berpesan kepada masyarakat supaya tetap menjaga dan melestarikan Taman Laut Ututkol. Jangan membuang sampah plastik, terutama puntung rokok karena itu lebih buruk bagi lautan daripada sampah plastik biasa,” jelas Marco.
Menurut ilmuan biologi tersebut, jika masyarakat membuang sampah plastik dan puntung rokok secara sembarangan di Taman Laut Ututkol, perlahan-lahan spesies tumbuhan laut dan ikan laut akan punah.
“Apabila spesies tumbuhan laut dan ikan laut lenyap, Taman Laut Ututkol yang selama ini kita banggakan tidak lagi memberikan perhatian wisatawan asing maupun nasional pencinta alam bawah laut,” beber Marco.
Marco menjelaskan, Desa Welora memiliki beberapa spot yang digunakan untuk para penyelam yakni Tanjung Ututkol, Tanjung Lamlaw-Lamruklol, Tanung Awarel-Watiplauwd dan Tanjung Dorel-Esyol. Namun spot yang paling menarik minat para penyelam wisatawan mancanegara adalah Tanjung Ututkol.
“Kami sudah pernah mengarahkan wisatawan asing untuk melakukan penyelaman di beberepa spot milik kampung-kampung tetangga seperti Ilmarang dan Letmasa, tapi mereka mengatakan kurang menarik, sehingga mereka tetap menyelam di Taman Laut Ututkol yang selama ini menjadi lokasi favorit para penyelam,” ucapnya.
Desa Welora, katanya, tidak hanya memiliki potensi wisata bawah laut, wisata alamnya juga cukup menarik. Sehingga, masyarakat setempat bahkan telah membangun sejumlah rumah singgah yang bisa dijadikan salah satu destinasi favorit. Sebab, taman ini memiliki spot foto yang bagus jika dipotret dengan teknik yang tepat.
“Kami sudah mendirikan pondok-pondok kecil agar setiap wisatawan yang datang mereka bisa berlindung dan menghabiskan waktu liburan mereka di desa kami. Upaya ini dilakukan untuk menarik wisatawan mancanegara maupun nasional dan regional,” papar Marco.
Marco menerangkan, anggaran yang digunakan untuk membangun rumah singgah dan spot-spot tersebut adalah dana desa yang diberikan Pemerintah Pusat setiap tahunnya. Masyarakat setempat memanfaatkan angaran tersebut untuk membangun desanya guna meningkatkan ekonomi masyaratnya, serta mendorong anak-anak generasi muda mengikuti pelatihan dan pendidikan (diklat) sebagai guide penyelam dan lain sebagainya.
“Kami berencana akan melaksanakan pelatihan terhadap anak-anak negeri muda kita sebagai pemandu selam. Tujuannya agar ketika ada wisatawan yang datang mereka bisa menjadi pemandu selam bagi wisatawa yang berlibur di desa ini,” pungkasnya. (mel)
