Manokwari, harianpapuanews.id – Manajemen PT Asia Pudjiastuti Aviation Cabang Manokwari, Papua Barat membantah melakukan pelayanan tidak adil (Diskriminasi) terhadap Kapolda Papua Barat Kapolda Papua Barat Brigjen Pol Rudolf A Rodja bersama Kasdam XVIII/Kasuari dan beberapa pejabat utama (PJU) lainnya yang batal menghadiri peletakan batu pertama pembangunan aula Polres Teluk Bintuni pada Senin (3/12/2018)
Distrik Manager PT Asia Pudjiastuti Aviation, Manokwari, Albertus Guntur menegaskan, sebelum insiden itu terjadi pihaknya sudah menyampaikan kepada pihak protokoler Polda Papua Barat tentang peraturan pesawat penerbangan Susi Air yang tidak memperkenankan mengakut penumpang berseragam dinas Polri dan TNI.
“Kita melarang dan mewajibkan untuk mengenakan pakai sipil. Entah ada miskomunikasi antara protokoler dengan ajudan (Kapoda) saya tidak tahu. Yang jelas kami benar-benar punya bukti chatting atau Short Message Service yang disampaikan kepada protokoler tentang semua ketentuan-ketentuan Susi Air,” kata Albertus saat ditemui wartawan, di ruang kerjanya, Selasa (04/12/2018).
Namun, kata Albtus, ketika hari dimulainya keberangkatan, Kapolda Papua Barat menanggapi informasi itu bahwa pesawat penerbangan Susi Air membolehkan memakai seragam dinas Polri dan TNI asalkan ditutupi dengan jaket. Padahal jajaran Susi Air sama sekali tidak pernah mengatakan hal tersebut kepada protokoler Polda Papua Barat.
“Susi Air tidak ada miskomunikasi dengan protokoler (Polda Papua Barat) karena kami punya bukti penyampaian melalui chatting. Kalaupun ada informasi yang salah dari protokoler ke ajudan saya kurang tahu, dan kenapa bisa terjadi seperti ini,” tandasnya.
PT Asia Pudjiastuti Aviation menerapkan Peraturan Nomor:010/ASIPA/QAS/VI/2017 tentang Penumpang Berseragam Polri dan TNI ini pasca kasus penembakan pesawat Susi Air di daerah Puncak Jayawijaya Papua pada 16 Juni 2017 silam. Selain itu, manajemen Susi Air juga mempunyai peta daerah-daerah yang dianggap masuk dalam zona berbahaya.
“Pesawat kecil seperti Susi Air tidak bisa melakukan penerbangan tinggi sama seperti pesawat boeing. Kalau pesawat boeing bisa terbang sampai ribu kaki ke atas. Pesawat kita paling terbangnya ratusan sampai ribuan kaki saja,” tendas Albertus.
Meskipun Polda Papua Barat menyatakan bahwa wilayah hukumnya aman dari kasus penembakan, manajeman Susi Air mempunyai peta sejumlah wilayah Papua dan Papua Barat yang masuk zona merah, kuning dan hijau.
“Daerah yang masuk zona merah atau paling bahaya yakni, Serui, Merdey, Teluk Bintuni, Wasior. Bintuni merupakan daerah berbahaya, makanya penerbangan (Kapolda dan rombongan) kemarin ke Bintuni kita tidak mau karena sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku di perusahaan,” tendasnya.
Meski demikian, Albertus berjanji akan mensosialisasikan peraturan yang melarang penumpang mengenakan pakaian seragam dinas Polri dan TNI kepada Polda Papua Barat, Kodam XVIII/Kasuari maupun Otoritas Bandar Udara guna menghindari insiden serupa.
“Kami akan segera mengirimkan (softcopy) peraturan penerbangan yang berlaku ini kepada Kodam dan Polda Papua Barat, karena kami tidak mau insiden seperti ini terulang kembali,” tandasnya.
Kabid Humas Polda Papua Barat AKBP Hary Supriyono mengatakan, Kapolda Papua Barat Brigjen Pol Rudolf A Rodja batal berangkat menggunakan pesawat penerbangan Susi Air ke Bintuni hanya gara-gara menggunakan seragam dinas Polri.
“Kejadian ini tentu saja membuat kecewa Kapolda karena Bupati dan Ketua DPRD Bintuni telah menunggu rombongan Kapolda yang akan menghadiri peletakkan batu pertama pembangunan Aula Polres Teluk Bintuni,” sebut Hary seperti dilansir dari sejumlah permberitaan.
Kata Hery, Kapolda saat itu sudah berada di dalam pesawat Susi Air dan memakai seatbel. Namun, tiba-tiba pilot warga negara asing turun dan menyampaikan ke Distrik Manajer Susi Air bahwa yang bersangkutan tidak akan terbang bila ada penumpang berseragam Polri dan TNI dengan alasan keamanan.
“Kapolda dan para pejabat utama pun memilih melepas seltbel dan turun dari pesawat. Padahal saat itu Kapolda dan PJU lainnya sudah menutup seragam dengan jaket,” tandasnya. (mel)
