Manokwari, harianpapuanews.id – Bank Indonesia (BI) Perwakilan Papua Barat menyebut tekanan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) di wilayah itu mengalami peningkatan yang signifikan menjelang akhir 2018.
Kepala Perwakilan BI Papua Barat, Donny Heatubun mengatakan, inflasi IIHK pada November 2018 kembali menunjukan peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya. Inflasi IHK pada November 2018 tercatat sebesar 9,43 persen perbulanan (mtm). Secara tahunan inflasi IHK tercatat 5,19 persen year on year (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang tercatat 3,73 persen (yoy).
“Angka inflasi periode ini cukup tinggi dan melewati batas atas kisaran nasional sebesar 3,5 ±1 persen (yoy),” sebut Donny melalui siaran persnya, Selasa (04/12/2018).
Menurut Donny, kelompok bahan makanan mengalami deflasi disebabkan oleh terkoneksinya harga beras, ikan segar, dan daging ayam ras sebagai pengaruh dari terjaganya pasokan dan cuaca yang kondusif untuk melaut.
“Peningkatan inflasi didorong oleh kenaikan harga rokok kretek filter, roti manis, dan buah pinang. Batalnya kenaikan cukai rokok belum mampu mengoreksi harga di tingkat pedagang,” tandasnya.
Inflasi bulanan kelompok ini, kata Donny, dipengaruhi harga minyak dunia yang sempat meningkat hingga mendorong kanaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) Non-subsidi dan biaya bahan bakar maskapai penerbangan (pesawat).
“Selain itu, permintaan angkutan udara meningkat menjelang akhir tahun 2018,” ungkap Donny.
Donny menambahkan, ke depan, laju inflasi diperkirakan berada pada batas atas proyeksi 4,3 persen-4,7 persen (yoy). Koordinasi kebijakan pemerintah daerah dan BI Papua Barat akan terus diperkuat, terutama sebagai antisipasi resiko meningkatnya inflasi bahan makanan. (*/mel)
