Timika, harianpapuanews.id – Masyarakat Kabupaten Puncak yang tergabung dalam Solidaritas Peduli Masyarakat Puncak (SPMP) melakukan aksi demonstrasi damai, di kawasan bandara baru milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mimika, Senin (04/02/2019). Demonstrasi bertujuan memprotes kenaikan tiket pesawat perintis dan menuntut perusahaan penerbangan tersebut segera menurunkan harga tiket tujuan Timika-Puncak.
Usai melaksanakan orasi di bandara baru, demonstran kemudian menuju dan perusahaan atau Kantor Puncak Papua Mandiri yeng terletak di Jalan P Magal untuk melakukan dialog antara Tim Solidaritas Peduli Kabupaten Mimika, Pemkab Puncak yang diwakili Wakil Bupati Puncak, Pelinus Balinol, dan manajemen Puncak Papua Mandiri yang diwakili Managing Direktur Divisi Penerbangan, Samuel Lesubun.
Ketua Tim SPMP, Awen Magay mempertanyakan harga tiket sebelumnya Rp300 ribu, namun saat ini sudah mencapai Rp1,7 juta – Rp2 juta, dan ini sangat berbeda dengan kebijakan yang pernah disampaikan oleh Pemkab Puncak.
“Kenapa sampai ada kenaikan dan ini sangat menyusahkan masyarakat. Tolong jelaskan kenapa tiket pesawat ke Puncak bisa naik,” tegasnya.
Awen bahkan mencurigai telah terjadi permainan harga tiket yang dilakukan baik dari pengusaha maupun oleh aparat keamanan yang diduga menjadi calo. Maka dari itu, SPMP menuntut agar Pemkab Puncak menyelidiki masalah tersebut agar tidak ada lagi indikasi permainan harga tiket.
“Permasalahan ini jelas, dimana banyak pesawat tetapi jam terbang terbatas.Ini harus segera diselesaikan pemerintah. Termasuk menertibkan para calo tiket yang diindikasikan adanya permainan harga. Kami sarankan, agar pemerintah bentuk BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) untuk pengelolaan tiket pesawat ini,” ungkapnya
Menanggapi aspirasi tersebut, Wakil Bupati Puncak, Pelinus Balinol mengatakan, harga tiket pesawat termahal untuk wilayah Papua adanya di Kabupaten Puncak, sehingga pemerintah setempat tengah berupaya untuk mengurangi beban tersebut. Karenanya, beberapa waktu lalu melakukan pengadaan pesawat jenis karebo namun mengalami insiden membuat upaya itu belum optimal.
“Dari jatuhnya pesawat tersebut, maka kami mendatangkan dua pesawat perintis lagi. Tujuannya untuk memudahkan mobilisasi masyarakat Puncak ke daerah lain,” kata Pelinus.
Pada Desember 2018 lalu ada program chrismast flight, maka Pemkab Puncak memberikan subsidi dan harga tiket Rp300 ribu.Tujuan pemberian subsidi, agar masyarakat bisa menikmati perayaan Natal di kampung, sehingga sekarang ini harga tiketnya normal.
“Dua pesawat ini untuk nambah PAD (Pendapatan Asli Daerah) sehingga tiketnya tidak gratis. Karena (pesawat) butuh perawatan. Kami pun kalau menggunakan pesawat ini membayar. Uangnya masuk ke daerah untuk pembangunan Kabupaten Puncak,” jelas Pelinus.
Pelinus berharap, masyarakat tidak kuatir dan tetap tenang karena subsidi itu pasti ada. Namun, karena belum ada Memorandum of Understanding (MoU) dengan pihak ketiga, maka hal itu belum diberikan.
“Intinya aspirasi sudah kami terima. Kami akan koordinasikan untuk membahas hal ini, termasuk adanya calo-calo yang sudah disebutukan,” pungkasnya. (reg)
