Manokwari, harianpapuanews.id – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua Barat (PB) menyebut wilayah tersebut mengalami deflasi sebesar -0,89 persen pada bulan September 2018. Namun, kelompok bahan makanan menjadi salah satu penyumbang deflasi tertinggi.
Kepala Bidang (Kabid) Statistik Distribusi pada BPS Papua Barat, Hendra Wijaya mengatakan, penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) terjadi pada bulan Agustus 2018 sebesar 134,34 turun menjadi 133,15 pada bulan September 2018. Kelompok bahan makanan penyumbang deflasi tertinggi sebesar -2,67 persen.
“Terjadi penurunan indeks dari 147,63 pada bulan Agustus, dan menjadi 143,68 pada bulan September ini,” kata Hendra mengelar komprensi pers, di Aula BPS Papua Barat, Senin (01/10/2018).
Hendra menjelaskan, dari sebelas subkelompok yang ada dalam kelompok bahan makanan, tujuh subkelompok mengalami deflasi dan empat subkelompok mengalami inflasi.
“Inflasi tertinggi terjadi pada subkelompok kacang-kacangan sebesar 0,85 persen, sedangkan deflasi tertinggi terjadi pada subkelompok bumbu-bumbuan sebesar 6,16 persen,” ungkapnya.
Menurut Hendar, secara umum deflasi di provinsi tersebut terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh penurunan indeks pada beberapa kelompok pengeluaran.
“Ada tiga kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi dan empat kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi. Kelompok bahan makanan yang menjadi deflasi tertinggi sebesar -2,67 persen dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar menjadi inflasi tertinggi sebesar 0,31 persen,” bebernya.
Hendra menjelaskan, deflasi yang terjadi di Papua Barat dipengaruhi oleh penurunan indeks yang signifikan pada beberapa subkelompok. Subkelompok bumbu-bumbuan menjadi penyumbang deflasi tertinggi sebesar -6,16 persen, dan subkelompok sandang laki-laki menjadi penyumbang deflasi terendah sebesar -1,69 persen.
“Sedangkan subkelompok kursus atau pelatihan menjadi penyumbang inflasi tertinggi sebesar 3,45 persen dan subkelompok tembakau dan minuman beralkohol menjadi penyumbang inflasi terendah sebesar 0,55 persen,” jelasnya. (mel)
