Manokwari, harianpapuanews.id – Kasie Statistik Distribusi pada Badan Pusat Statistik (BPS) Papua Barat, Nur Hadianta Widada mengatakan, perkembangan harga berbagai komuditas pada bulan Oktober 2018, secara umum menunjukan penurunan.
Berdasarkan hasil pemantauan BPS, dengan menggunakan perhitungan dan tahun dasar 2012=100, Kota Sorong pada September 2018 terjadi daflasi sebesar 0,18 persen, atau terjadi penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 134,91 pada September 2018 menjadi 134,67 pada Oktober 2018.
“Tingkat inflasi Kota Sorong tahun kalendar Oktober 2018 sebesar 4,78 persen, dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Oktober 2018 terhadap Oktober 2017) sebesar 4,77 perse,” ujar Nur Hadianta kepada wartawan di Manokwari, Jumat (09/11/2018).
Deflasi di Kota Sorong terjadi karena adanya penurunan indeks kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar -0,25 persen dan kelompok bahan makanan sebesar -0,79 persen. Adapun kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada beberapa kelompok pengeluaran yakni, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,51 persen. Kelompok sandang 0,11 persen, perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,05 persen dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0,05 persen.
“Deflasi yang terjadi di Kota Sorong dipengaruhi oleh penurunan indeks yang signifikan pada beberapa sub kelompok yaitu bumbu-bumbuan -3,42 persen, kelompok daging dan hasil-hasilnya -2,47 persen, kelompok perlengkapan pendidikan -1,74 persen, kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasil-hasilnya -0,82 persen, serta sub kelompok lemak dan minyak -0,12 persen,” kata Nur Hadianta.
Sementara itu, lanjut Nur Hadianta, beberapa sub kelompok yang mengalami inflasi yaitu, kelompok kacang-kacangan 2,13 persen, kelompok buah-buahan 1,89 persen, kelompok tembakau dan minuman beralkohol 1,36 persen, kelompok bahan makanan lainnya 1,19 persen, dan sub kelompok ikan segar 0,70 persen.
“Komoditas yang mengalami penurunan harga pada Oktober 2018 antara lain, tomat sayur, buncis, cabai merah, ketimun, dan daging ayam ras. Sementara beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain, bayam, sirih, daun singkong, ekor kuning dan buah pinang,” terangnya.
IHK merupakan salah satu indikator ekonomi yang sering digunakan untuk mengukur tingkat perubahan harga (inflasi/deflasi) di tingkat konsumen, khususnya di daerah perkotaan. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket komoditas yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Paket komuditas Provinsi Papua Barat hasil Survei Biaya Hidup (SBH) tahun 2012 dibentuk dari dua kota SBH yakni Manokwari dan Kota Sorong.
“Di Kota Sorong terpilih delapan ratus sembilan puluh lima komoditas yang terdiri dari komoditas makanan dan komoditas non makanan. Paket komoditas tersebut kemudian akan dipantau secara rutin perkembangan harganya baik dalam periode mingguan, dua mingguan, maupun bulanan,” pungkas Nur Hadianta. (mel)
